19 December 2007

Menyambut Tahun Baru (Belum Pernah Tayang)




"Kalau ingin berubah, jangan setengah-setengah"

AD: Abiargo A.
CW: ABiargo A.

Iklan ini untuk mereka yang selalu merayakan Tahun Baru dengan pesta, clubbing dan lain-lain. Orang yang menjadikan minum minuman beralkohol, nge-drugs, free sex sebagai bagian dari hidup mereka. Tujuannya tentu ingin menyentil mereka agar momen Tahun Baru dijadikan sebagai ajang untuk bertaubat dan berubah tapi tidak yang setengah-setengah. Copy yang diangkat adalah insight mereka ketika mengucap permohonan menyambut pergantian tahun. Berniat untuk berhenti/taubat tapi masih berat meninggalkan dosa yang mereka lakukan selama ini.

Untuk Jawa Pos, maaf saya meminjam brand Anda.

18 December 2007

Jakarta

Kapan itu aku ke Jakarta dan seorang teman tahu. Dia sambil tersenyum renyah bilang: "Jangan lupa oleh-olehnya ya!". Entah kenapa rasanya ingin tertawa mendengar itu. Tidak cuma karena kalimat "Jangan lupa oleh-olehnya" yang selalu diucapkan siapa saja bila ada yang keluar kota, tapi mengingat bahwa saya akan ke Jakarta dan memang ada yang khas di sana? Hehehe... yup itulah Jakarta. Begitu banyak kaum urban di sana hingga tidak jelas lagi apa ciri khas yang bisa dijadikan oleh-oleh. Beberapa orang bilang kalau suku Betawi adalah nenek moyang Jakarta, tapi kemana mereka? Mereka ada tapi semakin terdesak oleh orang-orang ambisius dari daerah yang ingin menaklukkan Jakarta. Seorang teman lagi bila mudik ke Jakarta dia selalu membawa dodol Garut. Apa itu oleh-oleh khasnya? Noup! Namanya aja ada Garut-nya, coba kalau dodol Jakarta, hehehe...

Suatu ketika saya ketemu teman kampus. Sedikit berbincang akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulutnya, "Kamu nggak nyoba kerja di Jakarta?". Saya hanya bisa tersenyum karena dia orang yang kesekian kali menanyakan itu. Saya akui hampir semua berpusat di Jakarta termasuk industri iklan yang saya geluti sekarang. Tapi entah kenapa saya tidak seambisius orang berbakat daerah yang nekat ke Jakarta dan mungkin akhirnya berhasil. Banyak faktor tentunya. Mungkin pertama saya pernah merasakan magang di sana selama 4 bulan (udah pernah ngrasain), kedua saya sekarang mendapatkan guru dan tim kreatif yang hebat dan ketiga saya ingin mencari pengalaman dulu disini.

Mungkin tidak sekarang, mungkin juga tidak mungkin aku ke sana.

Mudik Kali Ini Beda

Mudik adalah sebuah fonemena dan mungkin hanya terjadi di Indonesia lebih tepatnya pada saat Lebaran. Untuk Lebaran Haji kali ini saya juga akan mudik. Mudik yang tidak seperti biasanya.

Dulu ketika almarhum Bapak masih ada, beliau yang selalu menjemput saya di stasiun. Dulu ketika saya hendak kembali ke Jogja, beliau yang selalu berkeras ingin mengantarkan saya ke stasiun bahkan menunggui hingga keretaku berangkat. Kini, saya tidak mengalami itu lagi, tidak bisa mencium tangannya lagi bahkan hanya bisa membayangkan dia berdiri dan tersenyum ketika saya turun dari kereta atau naik ke kereta.

Idul Fitri kemarin adalah momen terakhirku bersama beliau. Karena saya tahu penyakit beliau semakin parah, saya meminta kakak saya untuk menjemput bukannya beliau. Ketika kembali ke Jogja, saya juga berkeras agar diantarkan kakak bukan beliau. Hmm... baru sadar begitu banyak kenangan bersama beliau.

Pak, mungkin mudik ku sekarang akan terasa beda. Tapi yang masih tetap sama adalah, aku mudik untuk menemui Bapak dan Ibu...


"Ya Allah, sampaikan salam ku untuk Bapak ya... "

17 December 2007

Sewu "Sederhana" Uwis Tak Lewati...

Bisnis kuliner masih dipandang bisnis yang menggiurkan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Nama-pun kini berbagai macam mulai dari nama pemilik hingga nama yang penuh dengan makna. Tapi salah satu fenomena unik dalam memberikan nama adalah begitu populernya penggunaan nama SEDERHANA. Tidak cuma itu sebenarnya karena saya perhatikan nama Pak Kumis juga cukup populer terutama bagi penjual Soto atau Bakso bahkan mungkin penjual sate. Saya sudah menjelajahi beberapa kota di Jawa diantaranya adalah Kediri (asal saya), Blitar, Solo, Yogyakarta (domisili saya sekarang), Wonosobo, Magelang dan Jakarta. Dan salah satu persamaan kota-kota tersebut adalah... pasti ada warung atau rumah makan bernama Sederhana (Pak Kumis juga). Menurutku itu fenomena dimana beberapa penjual makanan memiliki pemikiran yang sama untuk menamai rumah makan mereka. Mungkin salah satu alasan mereka agar orang melihat dari namanya saja sudah terbayang kalau harganya terjangkau tapi bisa juga alasan lain misalkan menu yang dihidangkan adalah masakan dapur ibu (istilah saya menyebut masakan-masakan di rumah). Tapi ternyata, restoran kelas atas-pun ada yang menamai bisnis mereka dengan Sederhana. Yup, di Jalan Kaliurang - Jogja, ada sebuah rumah makan Padang (di luar kebiasaan nih!) bernama SEDERHANA. Harganya? hmmm... tuh yang parkir mobil semua, hehehe...

Tapi yang pasti, bila kita menyamakan nama rumah makan tersebut dengan merek produk, maka hampir dipastikan produknya akan gagal minimal dalam awareness konsumen. Bayangkan bila di rak supermarket berjejer produk roti dengan merek yang sama tapi beda perusahaan. Bingungkan? Menurut saya pembeda dalam bisnis pemasaran adalah sangat penting. Yup, salah satu cara untuk memudahkan konsumen dalam memilih adalah dengan menunjukkan apa yang membedakan produk tersebut dengan produk lainnya. Karena sedang membicarakan nama/merek, bagi para produsen mulailah memilih merek yang terbaik yang bisa dibuat. Lebih bagus lagi bila merek tersebut langsung menggambarkan si produk mungkin seperti Tolak Angin, Extra Joss (Joss diasumsikan tenaga/pacuan) atau Jahe Wangi yang sekarang ada di depanku, hehehe... Bisa juga merek diambil dari nama pemilik yang jelas hampir pasti tidak ada yang menyamai seperti McDonald, Ogilvy,
Warung Mamink Daeng Tata' atau Catering Rahayu punya Ibuku, hehehe... Intinya adalah, dalam menentukan merek jangan sembarangan. Pikirkan yang unik, beda, enak dilihat, mudah diingat dan diucapkan. Sangat disarankan menggambarkan si produk sehingga membantu konsumen untuk mengenali. Jangan terburu-buru, pilihlah yang terbaik yang bisa didapat. Seperti judul bukunya Jack Trout, "Differentiate or Die"!

02 December 2007

CP (Capan Prestasinya?)

Ini my first flight! Hahaha... deg2an udah dari brapa hari sebelumnya. Hari itu pun tiba dan selama perjalanan yg cuma 45 menit diisi dengan adrenaline yang terus terpacu,hehehe... ketauan ndesho-nya.

Begitu sampai, langsung aku ama team menuju venue acara. Kesan pertama, beneran ini CP yg levelnya Nasional? Hmm... sederhana sekali. Ruang pamerannya dari tempat parkir mobil yang disulap jadi tempat memajang karya2 yang lolos shortlist. Tempat seminar juga sedikit kurang nyaman karena memanjang dan panggung di sisi yang memanjang. Makanannya? ini dia,hehehe... bagi yg dari kampung kaya aku, istimewa sekali. Mulai mini burger ampe lasagna dan daging2an yg lainnya. Yup menu hari ini adalah daging dr pagi ampe malem. Untuk seminarnya, keren abis... sangat inspiring sekali buatku. Thanks buat pembicara2 kelas dunianya.



Para finalist diluncurkan dan alhamdulillah Pocong Insomniac masuk. Ada juga dr Bohlam dan Exist (dua2nya ILM). Dari awal sie aku da jago Bohlam minimal dapet Silver, kalo Exist minimal Bronze lah. Untuk Pocong aga sdikit pesimis mengingat mayoritas juri adalah bule, takutnya mreka ga dapet insight culture nya. Malam pun berlalu dan besok awarding night-nya!

Hari ini pun tiba dan aku ketemu senior2ku pas aku magang di McCann. Ga nyangka mreka masih inget terutama Mas Lilo dengan sambutan hangatnya. Satu persatu pemenang dibacakan di acara yg menurutku masih keren-nan Pinasthika. Hingga produk minuman dan Blandongan... cukup finalist aja,hehehe... Bangga juga sie, mengingat finalist di kategori itu cuma Blandongan. Bohlam sesuai perkiraanku dapet Silver dan menjadikan mreka mungkin UKM Universitas pertama di Indonesia yg meraih Silver di CP. Exist dapet Bronze.

Ketika keluar ruangan, ada 2 booth merk sebuah bir dan aku liat ada orange jus. Aku ambil si Orange Jus dan rasanya... kok ada paitnya? aku teguk lagi... ini jangan2... trus aku taruh di meja dan Mas yg ngasih aku tadi lagi nyampur Orange Jus ama Taquila,hahahaha... !

CP 2007 telah berlalu, kedepan ada CP 2008. Selamat buat JWT dan pemenang lain. Untuk Srengenge, smoga prestasi tahun depan lebih baik dari tahun ini, Amin!

23 October 2007

Oleh-oleh dari Pinasthika 2007

Emang sie yang udah ya udah, tapi flashback dikit ah...


Bawana Agency of The Year 2007

Bukannya belagu atau gimana, ya pengen ada peningkatan aja makanya cuma ikut kategori Bawana. Bawana itu kategori dimana biro2 iklan Jakarta boleh ikut (Yang lokal). Karena waktu tidak memungkinkan, kita tidak mengirim radio buat bertarung. Nih beberapa karya yang mendapatkan award:



Kalau yang TVC ada dua. Nih dia:
Danagung versi "Mengusir Burung".



Rumah Komputer versi "Penemu Photoshop".




Sekian dan terimakasih

12 September 2007

Show Me The Money!!!

Pagi tadi 'ternyata' aku sempat untuk membaca buku tentang copywriting yang berapa bulan teronggok di kamarku (Sori Mas Aan, belum balikin,hehehe..). Salah satu kalimat yang menarik yang kalau nggak salah artinya... "Kita membuat iklan yang sebagus mungkin dengan bujet client sekecil mungkin". Sontak aku teringat perkataan seorang Dewa Iklan di Indonesia, Glenn Marsalim di sebuah seminar ketika seorang (calon) client meminta tolong dibuatkan iklan. Pertama kali beliau tidak langsung menyarankan untuk membuat TVC, Print Ad, event dan lain sebagainya tapi beliau bertanya... "Bujetmu berapa?". Rumus logika ku lalu bermain, "Iya..ya... fungsiku (biro iklan) adalah memberi solusi untuk client bukan jadi orang yang sok tahu dan sok 'keren". Yup, fungsi biro iklan adalah sebagai partner atau konsultan yang memberikan solusi terbaik dan ingat... client yang membayar kita, hargai dia jangan membodohi dia! Logika lainnya begini... "Eh, bujet gue cuma segini tapi pengen produk gue laku... elo punya solusi nggak?". Saat itulah fungsi biro iklan muncul. Kita memberi solusi yang sesuai dengan kemapuan client. Menurutku, jangan mengatas namakan "menurut teori harus begini" lalu kita dengan sok tahunya nyuruh client untuk bikin TVC yang beratus-ratus juta atau bikin event yang massive. Kemudian ketika si client bilang nggak punya uang, kita menolak dia. Hmm... memang untuk membuat iklan kita perlu strategy yang terkadang memunculkan output media kelas atas (ATL), tapi kembali lagi... kita adalah pemberi solusi tapi menyesuaikan bujet si client. Lagipula, bukankah itu jauh lebih menantang daripada ada client datang lalu nyodorin duit 100 M buat bikin brand activation?hehehe...

Komunikasi dengan client juga harus dijaga. Kita harus tahu dari awal bujet yang dipunya client itu berapa. Contoh kasus adalah kantorku sendir,hehehe... Brief datang, kita carilah strategy dan idenya. Ketika presentasi, ternyata bujet client tidak mencukupi. Yup, itulah kenapa komunikasi penting dan saya setuju dengan Mas Glenn ketika bertemu calon client... "Bujetmu berapa?"

"Emang bisa, duit minim bikin iklan yang bisa bikin creator jaim?", jawabnya... BISA!!! dan contohnya buanyak sekali. Di luar negeri mayoritas audiens sudah menganggap iklan (ATL) itu sampah. Mereka mengabaikannya... Solusinya? AMBIENT! Sedikit info, di luar negeri ambient sudah begitu majunya bahkan mungkin semakin murah. Mau contoh? lihat foto di posting ini, brandnya Mini Cooper dan apa yang dibutuhkan? cuma stiker!!! Wow... Pointku adalah, banyak jalan untuk beriklan. Jangan memaksakan ego, buatlah menyesuaikan bujet yang dipunya client karena itu sejatinya biro iklan... memberi solusi.


Cheers without beers

11 September 2007

Apa Itu Award?

Genap setahun aku kerja di industri iklan ini tapi belum genap ilmu tentang iklan untuk aku pelajari. Aku ingin terus belajar karena merasa sudah menemukan "lahan" untuk digarap. Kenapa merasa? karena sudah 2 kali aku merasakan mengangkat award dan itu menurutku sebagai tanda bahwa ini jalanku. Kenapa tanda? karena aku punya beberapa bakat dan yang terhitung sukses ya... ketika aku terjun di insutri iklan.

Industri iklan adalah industri yang underground, tidak semua orang tahu dan paham. Audience umumnya tidak paham bagaimana industri itu berkecamuk karena mereka tahunya hanya... mak bendudugh, iklan-pun bersliweran di TV atau media yang lain. Yup, kita adalah orang yang bekerja dibelakang 'layar'. Audiens tidak berpikir bagaimana strategy nya dan proses pembuatannya. Mereka hanya melihat dan mempertimbangkan 'aku tertarik nggak?' lalu 'ini iklan buat aku atau tidak?' dan dilanjut 'beli nggak ya?' (respon si audiens gimana/pupose yang buat iklan itu apa). Lalu... hahahaha... kalau diteruskan bakal panjang, hehehe... lain kali saja ya, di topik yang berbeda.

Setiap bidang yang melibatkan beberapa pemain pasti akan ada lomba untuk mengadu mereka begitu juga di industri iklan. Aku tidak akan membicarakan kontes (pengganti festival yang ke-Barat-Baratan) iklan di luar negeri yang bejibun tapi cukup di Indonesia. Di Indonesia sendiri ada beberapa kontes iklan seperti Citra Pariwara (yang tertinggi) dan Pinasthika (untuk biro lokal). Yang dilombakan ya karya-karya iklan yang dibuat. Karena sifatnya yang kompetisi maka munculah istilah scam ad atau initiative ad atau kalau di logikan yaitu iklan yang dibuat khusus untuk lomba dan tidak dipublikasikan secara masal. Seorang CD kondang di Thailand pernah berujar, "Membuat scam ad itu seperti menendang bola ke gawang yang tidak ada kipernya. Tidak ada tantangannya!". Setelah membaca itu aku semakin yakin bahwa iklan yang bagus itu harus kreatif (pengertian yang luas) tapi tetap menjual (tujuan beriklan tercapai). Sayangnya budaya scam ad di kontes iklan Indonesia masih terasa kuat dan entah kapan akan musnah. Lalu... hahahaha... sekali lagi tidak diteruskan karena akan panjang, mungkin lain kali ya.

Award? yup di tiap kontes iklan kita berlomba untuk memenangkan award. Esensi award sendiri menurutku tak lebih dari bonus. Aku sangat menghindari untuk menghambakan sebuah award. Kalau pun menang, ya segera lupakan. Jangan terlalu larut dengan euforia yang bisa kebablasan. Kata Pak Ustadz bisa bikin sombong, hahahaha... Aku sih merasa itu sebagai penyemangat juga, motivasi bahwa ini memang jalanku, di industri iklan ini. Tujuanku di industri ini tidak hanya bekerja demi sesuap nasi, tapi untuk terus belajar dan menjadi manusia iklan seutuhnya (puih bahasanya...).

"Commercial is a funny thing"

Hahaha, judulnya award tapi bahasnya cuma se-paragraph. Sisanya? hahahaha...

Cheers without beers