Bisnis kuliner masih dipandang bisnis yang menggiurkan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Nama-pun kini berbagai macam mulai dari nama pemilik hingga nama yang penuh dengan makna. Tapi salah satu fenomena unik dalam memberikan nama adalah begitu populernya penggunaan nama SEDERHANA. Tidak cuma itu sebenarnya karena saya perhatikan nama Pak Kumis juga cukup populer terutama bagi penjual Soto atau Bakso bahkan mungkin penjual sate. Saya sudah menjelajahi beberapa kota di Jawa diantaranya adalah Kediri (asal saya), Blitar, Solo, Yogyakarta (domisili saya sekarang), Wonosobo, Magelang dan Jakarta. Dan salah satu persamaan kota-kota tersebut adalah... pasti ada warung atau rumah makan bernama Sederhana (Pak Kumis juga). Menurutku itu fenomena dimana beberapa penjual makanan memiliki pemikiran yang sama untuk menamai rumah makan mereka. Mungkin salah satu alasan mereka agar orang melihat dari namanya saja sudah terbayang kalau harganya terjangkau tapi bisa juga alasan lain misalkan menu yang dihidangkan adalah masakan dapur ibu (istilah saya menyebut masakan-masakan di rumah). Tapi ternyata, restoran kelas atas-pun ada yang menamai bisnis mereka dengan Sederhana. Yup, di Jalan Kaliurang - Jogja, ada sebuah rumah makan Padang (di luar kebiasaan nih!) bernama SEDERHANA. Harganya? hmmm... tuh yang parkir mobil semua, hehehe...
Tapi yang pasti, bila kita menyamakan nama rumah makan tersebut dengan merek produk, maka hampir dipastikan produknya akan gagal minimal dalam awareness konsumen. Bayangkan bila di rak supermarket berjejer produk roti dengan merek yang sama tapi beda perusahaan. Bingungkan? Menurut saya pembeda dalam bisnis pemasaran adalah sangat penting. Yup, salah satu cara untuk memudahkan konsumen dalam memilih adalah dengan menunjukkan apa yang membedakan produk tersebut dengan produk lainnya. Karena sedang membicarakan nama/merek, bagi para produsen mulailah memilih merek yang terbaik yang bisa dibuat. Lebih bagus lagi bila merek tersebut langsung menggambarkan si produk mungkin seperti Tolak Angin, Extra Joss (Joss diasumsikan tenaga/pacuan) atau Jahe Wangi yang sekarang ada di depanku, hehehe... Bisa juga merek diambil dari nama pemilik yang jelas hampir pasti tidak ada yang menyamai seperti McDonald, Ogilvy, Warung Mamink Daeng Tata' atau Catering Rahayu punya Ibuku, hehehe... Intinya adalah, dalam menentukan merek jangan sembarangan. Pikirkan yang unik, beda, enak dilihat, mudah diingat dan diucapkan. Sangat disarankan menggambarkan si produk sehingga membantu konsumen untuk mengenali. Jangan terburu-buru, pilihlah yang terbaik yang bisa didapat. Seperti judul bukunya Jack Trout, "Differentiate or Die"!
No comments:
Post a Comment