30 December 2010

Amarantine

Enya - Amarantine

You know when you give your love away
It opens your heart, everything is new
And you know time will always find a way
To let your heart believe it's true

You know love is everything you say
A whisper, a word, promises you give
You feel it in the heartbeat of the day
You know this is the way love is

Amarantine
Amarantine
Amarantine
Love is, love is, love...

Amarantine
Amarantine
Amarantine
Love is, love is, love...

You know love may sometimes make you cry
So let the tears go, they will flow away
For you know love will always let you fly
How far a heart can fly away

Amarantine
Amarantine
Amarantine
Love is, love is, love...

Amarantine
Amarantine
Amarantine
Love is, love is, love....

Amarantine
Amarantine
Amarantine
Love is, love is, love....

You know when love's shining in your eyes
It may be the stars falling from above.
And you know love is with you when you rise,
For night and day belong to love.

http://www.youtube.com/watch?v=IQU4DoE1eBg

Indonesia kalah karena arogansi Riedl

Copas status orang...
"Indonesia kalah dalam menjuarai piala AFF karena arogansi dari pelatih Indonesia asal Austria tersebut yang tak mau mendengarkan nasihat dari suporter.
Padahal seluruh suporter di GBK telah berteriak-teriak dengan lantang TURUNKAN NURDIN...tp riedl tetap tidak menurunkan NURDIN di 90 menit pertandingan..."

18 December 2010

Angkringan Kali Ini Istimewa!

Entah karena lapar atau emang istimewa, yang ini sungguh memuaskan. Lokasinya nggak jauh dari rumahku, yup... di Jakal km 10. Secara interior juga sama kayak angkringan di seluruh Jogja. Tapi entah kenapa setelah makan merasakan surga tertinggi dari cita rasa makanan. 

Ketika motor aku lajukan masuk ke jalan arah rumahku, kulihat kilauan lampu teplok khasnya. Aku matikan mesin, standar aku renggangkan hingga maksimal agar kuda campuran besi, plastik dan aluminiumku tidak ngglundung. Memasuki pintu angkringan langsung mataku jelalatan mencari mangsa. Setelah nego dengan penjual tentang yang mana sambal teri yang mana oseng-oseng, akhirnya aku ambil kedua jenis itu masing-masing satu biar nggak pada protes lalu unjuk rasa karena pilih kasih. Setelah itu aku berburu lauk. Karena tadi siang sudah berbule ria di I-Cafe Sagan dan memesan Cappuccino serta French Fries (Negara kok bisa digoreng ya?), maka aku memutuskan dengan segala kerendahan hati mencomot 1 tempe bacem, 1 tahu bacem, 1 tahu isi dan setusuk usus yang tersusun padat tanda kalau ususnya panjang. Tak lupa seplastik teh tubruk untuk jaga-jaga kalau terjadi keadaan darurat kesereten. BTW, kenapa namanya bisa teh tubruk ya? Nevermind... pokoknya itu tadi dan kok berani-beraninya si mbak Angkringan nawari untuk dibakar. Wuaah... ini... ini... malah nantangin. Harus pake banget dibakarlah!!! Karena apa enaknya makan makanan dingin? (berlaku juga buat cewek) Setelah semua siap untuk diangkut, saya bayar lalu segera memacu motorku pulang.

Sampai di kamar 3x3, semua hidangan aku buka lalu aku santap, beuuuggghhh... entah karena akunya lapar atau emang enak... angkringan kali ini istimewa sekali. Mas Angkringan (Duet sehati Mbak Angkringan tadi) membakar semua anggota main course-ku dengan nyaris sempurna. Bahkan masih terasa hangat! Wew... Tempe bacemnya... tahu bacemnya... nge-blend sempurna dengan kehangatan dan harumnya aroma api dari arang yang telah jadi. Tahu isinya so-so lah tapi ini yang spesial... Cita rasa ususnya berada pada puncak kenikmatan. Tidak terasa dan tercium bau amis, terbakar hampir kering. Wew... Making ciamik ketika menyadari nasi-nasinya nggak keras. Oseng tempenya juga lumayan mengundang selera apalagi sambel terinya. Mayat para teri berkumpul apik memvisualkan simfoni warna sebuah hidangan yang sangat menggoda. Hmmm... 

Tak terasa semua habis ku lalap tanpa lalapan. Perut kenyang, hati senang... Alhamdulillah... 

15 December 2010

“Jangan Renggut Lambang Garuda Itu Dari Kami”

Sumber: http://bambangpamungkas20.com/bepe/?p=423#more-423

Ditulis Oleh: Bepe, waktu: 15 December 2010, pada kategori:Tim Nasional


Nama saya Bambang Pamungkas, pekerjaan saya adalah pemain sepakbola, dan saya hanyalah lulusan jurusan IPS dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Salatiga. Dengan latar belakang yg saya sebutkan tadi, maka saya katakan dengan jujur, jika saya adalah pribadi yg tidak begitu mengerti atau boleh dikatakan buta terhadap masalah hukum, tata negara maupun undang-undang di negeri ini…

Salah satu hal yg paling saya hindari dalam kehidupan saya adalah, mengeluarkan pendapat atau berkomentar pada hal-hal diluar bidang yg saya tekuni. Disamping karena keterbatasan pemahaman saya, hal itu juga saya khawatirkan akan menimbulkan persepsi yg salah terhadap hal-hal tersebut..

Akan tetapi hari ini, ada sebuah hal yg sangat menggelitik hati dan perasaan saya. Sebuah hal yg menurut saya tidak seharusnya dipermasalahkan. Akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut menjadi sebuah perdebatan publik yg cukup panas, sehingga menimbulkan pro dan kontra di khalayak ramai..

Hal tersebut, tidak lain dan tidak bukan adalah digugatnya keberadaan lambang garuda di dada kiri seragam tim nasional Indonesia, seragam yg selama ini saya (Atau kami lebih tepatnya) kenakan dalam setiap pertandingan. Sebuah lambang, yg dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yg kemudian di disempurnakan oleh Presiden pertama republik ini, yaitu IR. Soekarno..

Adalah seorang pengacara bernama David Tobing yg menggugat kepantasan lambang kebanggan negara Indonesia tersebut menempel di seragam tim nasional Indonesia. Terkesan aneh dan mengada-ada memang, akan tetapi saya yakin jika saudara David Tobing mempunyai argumentasi yg menurut dia benar, sehingga nekat melakukan hal tersebut…

Hal pertama yg melintas di benak saya adalah, gugatan tersebut terkesan salah alamat jika hanya di tujukan kepada tim nasional sepakbola Indonesia. Karena sepanjang apa yg saya tahu dan mengerti, tidak hanya cabang olahraga sepakbola yg menyertakan lambang garuda di seragam nya. Khusus untuk tim nasional sepakbola, lambang garuda itu sendiri sudah ada sejak tahun 1956, ketika tim nasional Indonesia berlaga di olimpiade Melbourne…

Setiap cabang olah raga yg membawa nama Indonesia baik dalam apapun eventnya, “HAMPIR” semuanya menempelkan lambang kebanggan negara tersebut di seragam mereka (Silakan koreksi jika saya salah). Sehingga alangkah lebih tepatnya jika gugatan tersebut di tujukan kepada KONI, yg dalam hal ini menjadi induk organisasi dari seluruh cabang olahraga di negeri ini..

Sehingga, jika memang pencantuman lambang garuda itu melanggar aturan hukum di negeri ini. Maka biarkanlah KONI yg dalam hal ini berkewenangan memberikan himbauan kepada seluruh cabang olahraga, untuk menghapus lambang garuda tersebut, dari setiap seragam yg dikenakan oleh atlet dari seluruh cabang olahraga yg mewakili negara kita.. .

Jika kita perhatikan dengan seksama, ketika 11 pemain nasional tengah berada di tepi lapangan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Maka barisan pemain tersebut, tidak ubahnya seperti kibaran bendera merah-putih, dengan baju merah menyala, celana dan juga kaos kaki berwarna putih. Warna itu memang sengaja di pilih, agar tim ini mempunyai ciri khas yg mampu melambangkan identitas bangsa ini, yaitu sangsaka merah-putih…

Dan jika lambang garuda tersebut, tidak tidak pantas berada di seragam kami. Apakah kami juga harus menanggalkan seragam kebesaran kami tersebut..?? Karena sepanjang apa yg saya mengerti (Sekali lagi silakan koreksi jika saya salah), kedudukan bendera merah putih lebih tinggi dari lambang garuda itu sendiri, atau setidaknya saya yakin tidak lebih rendah. Dengan demikian, maka rasanya kamipun juga tidak pantas menggunakan dua warna kebesaran tersebut…

Terlepas dari pantas atau tidaknya lambang negara tersebut melekat di dada diri kami, saya ingin sejenak mengajak rekan-rekan untuk meninggalkan polemik yg tengah hangat merebak tersebut. Saya ingin sedikit mengungkapkan tentang arti dari lambang burung garuda tersebut di hati kami, iya di hati para pesepakbola nasional yg berjuang mewakili nama bangsa dan negara…

Bagi kami, lambang garuda itu tidak hanya sebuah simbol, akan tetapi juga sebuah pemacu semangat yg tidak ada duanya. Kami memang bangga menggunakan seragam berlambangkan klub kami masing-masing, akan tetapi rasa bangga itu tidak akan pernah sebanding dengan kebanggan kami ketika menggunakan seragam merah-putih berlambang burung garuda…

Terkadang kami memang harus tersungkur, sehingga lambang garuda itu harus kotor oleh tanah dan debu. Sesekali kami juga harus bersimbah-darah, sehingga mungkin lambang garuda itu terkena percikan darah kami. Dan juga sudah barang tentu kami akan berkeringat, sehingga lambang garuda itu basah oleh tetesan keringan kami. Akan tetapi, itu adalah bagian dari cerminan totalitas serta loyalitas kami dalam berjuang atas nama bangsa dan negara ini…

“Memang tidak semua pertempuran dapat kami menangkan, dan juga tidak setiap saat kami mampu memberikan kebanggaan bagi negara ini. Akan tetapi setidaknya, kami adalah anak-anak bangsa yg berjuang dengan tulus ihklas dan sepenuh hati untuk mengharumkan nama tanah tumpah darah yg kami cintai”

Oleh karena itu, secara pribadi maupun sebagai kapten tim merah-putih mewakili seluruh komponen di dalam tim ini, kami mohon “Jangan renggut lambang garuda itu dari kami”. Karena lambang garuda itu telah menjadi saksi dari penjalanan panjang kami, lambang garuda itu telah menemani kami dalam setiap pertempuran kami, dan burung garuda itu adalah sahabat kami yg paling setia baik dalam kepedihan, kebahagiaan, kekalahan maupun kemenangan…

Terlepas dari segala perdebatan dan kontroversi yg meyelimuti seragam yg kami kenakan, hal tersebut tidak akan pernah mengurangi semangat, kebanggan, komitmen serta dedikasi kami dalam berjuang atas nama Indonesia…

Karena pada kenyataannya, simbol burung garuda berwarna emas tersebut “Sudah menjadi bagian dari jiwa dan raga kami”

Selesai..

Indomie vs Susu Balita

Beberapa waktu lalu aku membahas respon audiens terhadap iklan Smart dan nggak bosen-bosennya aku berbagi cerita sejenis. Petarung kali ini adalah iklan TV Indomie terbaru dan iklan TV susu balita!!!

 

Suatu malam aku membeli nasi goreng babat yang bikinnya tentu di goreng bukannya dibabat kaya si pitung nyikat Belande. Lagi bengong sambil lirik sini sana eh di seberang meja ada 2 cewek mahasiswi yang lumayan seger kayak sawi. Mereka nunggu pesanan sambil lihat acara di TV yang nangkring di atas entah gimana caranya bisa sampai sana. Karena secara visual si cewek biasa aja, aku lanjut dengan bengongnya sampai kemudian aku dengar music dari iklan Indomie terbaru. Menampilkan beberapa adegan orang kehujanan yang kemudian diakhiri adegan orang lagi menyantap Indomie dengan nikmatnya. Yup yang diomongin adalah hujan-hujan gini enaknya nyruput Indomie. Masih jelas ingatanku ketika anak-anak ‘Ngenge bilang ni iklan oke banget dah. Insightful istilah mboys-nya. Karena itu muncul penasaranku ingin melihat reaksi audiens yang notabene pengonsumsi Indomie. Satu dua adegan aku lirik mereka masih sempat-sempatin melirik. Di pertengahan durasi mulai nyuekin, bahkan hingga akhir iklan. Padahal jawaban dari clue-clue visual sebelumnya ada di ending. Melihat itu, alisku yang nggak seberapa ini spontan mengerut. How come??? Iklan yang kata beberapa teman kantor bagus justru dicuekin sama konsumennya? Hmm…

 

Setelah iklan selesai muncul iklan TV susu balita yang kebetulan salah satu favoritku belakangan ini. Menceritakan 3 balita yang ditanya secara bergantian kalau besar pengen jadi apa. Balita pertama dan kedua nggak bisa jawab kemudian balita ketiga sebagai jagoan menjawab ingin jadi dokter agar bisa menyembuhkan teman-temannya yang sakit. Lalu aku lirik kembali kedua mahasiswi tadi yang ternyata memerhatikan iklan TV tersebut. Nggak cuma itu, sempat muncul bahan obrolan seputar iklan itu entah apa. Yang jelas, iklan susu tersebut lebih menarik bagi kedua mahasiswi tersebut daripada iklan Indomie.

 

Ketika pertama kali melihat iklan Indomie terbaru, jujur aku nggak se-amaze teman-temanku. Kenapa? Menurutku iklan ini terlalu apa ya istilahnya… abstrak mungkin kali ya? Hahahaha… maksudnya nampilin cut to cut adegan yang ada hubungannya ama hujan dan seri lainnya yang awalnya nggak jelas ini tentang apa. Beberapa adegan malah aku nggak ngerasain romantisme hujan dan kehujanan yang lalu membayangkan nikmatnya makan Indomie ketika itu. Mungkin…. Ini mungkin lho… nggak usah kebanyakan adegan, ambil 3 moment utama ketika kehujanan tapi dengan DOP yang ciamik tentunya. Bisa pas neduh bareng orang lain di emperan toko, nongkrong di warung Indomie pas hujan sampai masih nglembur di kantor ketika hujan. Karena buatku ada beberapa adegan yang kalaupun hilang nggak ngaruh sama pesan yang mau disampaikan. Bisa jadi… terlalu banyaknya adegan yang ngapture suasana pas hujan malah bikin mereka mikir, “ini apaan sih?” Alhasil sebelum sampai ke “gong” mereka udah cuek duluan.


Hahaha… namanya komentator cuma bisa komentar dan belum tentu bisa bikin lebih bagus. Paling tidak respon kedua mahasiswi tadi jadi renungan-(paling tidak)-ku bahwa bagus buat orang iklan belum tentu bagus dan efektif buat audiens. 

Susahnya Cari Duit

Biarpun lagi bulan puasa, nggak jaminan bisa pulang sore. Yang ada malah perasaan aneh bin ajaib kalau pulang masih bisa melihat matahari sore. Dan seperti biasa aku pulang sekitar jam setengah 9, mampir makan dulu sebelum melaju lagi menuju rumahku. Jam menunjukkan pukul 10 dan belokan rumah sudah di depan mata, mendadak aku teringat harus beli makan sahur. Bukannya males keluar, tapi posisi rumah yang jauh dari warung makan memaksaku selalu sahur dengan lauk dingin, wew. Tanpa perlu memarkir motor di pinggir jalan untuk berpikir lama lauk apa yang cocok sama moodku, aku teringat ada warung penyetan yang lumayan di dekat situ. Langsung aku pacu motorku ke sana.

Sampai di warung, nampak lengang hanya ada 2 mbak yang satu tiduran di meja (bukannya terlentang di atas meja lho, hanya menaruh kepala di atas meja) dan satu lagi segera menghampiri aku dengan senyum lugunya. Segera aku pesan ikan nila yang digoreng kering dan kemripik, si mbak yang menghampiri membangunkan si mbak yang lagi bobok. Si mbak bobok nampak masih ngantuk berat dan melanjutkan tidurnya. Akhirnya si mbak senyum lugu yang melayani aku. Dengan wajah lugu dihiasi senyum, dia menggoreng nila dan menyiapkan sambal mentah dan lalapannya.

Sambil menunggu pesananku jadi, aku melihat sekeliling warung, sepi... (Ya iyalah udah jam 10an gitu...) Tapi bukan itu yang bikin aku merenung. Tak luput, aku melihat rak berisi ayam, lele, tempe, ikan, tahu dan hidangan warung lainnya. Yang bikin heran, rak masih terisi penuh. Logikanya nih, jam kan udah jam 10, harusnya barang dagangan udah berkurang paling tidak separuhnya. Lha ini masi penuh raknya. Masak ya nggak laku? Tiap hari kayak gini, nungguin sampai ngantuk... apa nggak rugi? Tapi aku positif thinking, mungkin si warung mau buka sampai sahur. Pesananku jadi dan sedikit kaget karena harganya mahal juga, hehe... tapi tak apalah...

Jam menunjukkan pukul setengah 3. Aku keluar rumah untuk mencari makan sahur. Aku melewati warung penyetan tadi dan aku lihat tutup. Ternyata si warung tidak buka ketika sahur. Hmmm... susahnya cari duit...

Fail Billboard

Jogja pagi ini agak mendung, aku laju motorku menuju tempat kerja. Ketika melewati jalan Gejayan, ada billboard lumayan besar The Parade. Ituu... festival clothing. Batinku bilang, “wah boleh juga nih... tapi mana tanggal acaranya ya?” Sambil melaju semakin dekat dengan billboard mataku jelalatan mencari tanggal acara tapi nggak ketemu juga. Yang ada desain pintu gede terus sekelilingnya tulisan-tulisan pengisi acara dan ini acara tentang apa. Pas, tinggal semeter jaraknya dengan billboard baru ketemu dah tanggalnya. Lokasinya ada di tengah-tengah seperempat bagian atas kanan. Ukurannya... nah ini... sepersepuluhnya ukuran billboard! Busyeeettt!!! Bikin acara tapi waktu acaranya nggak keliatan. Pokoknya yang aku lihat desainnya terlalu dominan dibanding info-info penting seperti 5 w+ 1 h. Ya paling tidak ada tonjolin kapan dan di mana-nya. Menurutku billboard ini gagal dalam penyampaian pesan. Terus aku iseng cari webnya dan ketemu! Tapi di desain header malah sama sekali aku nggak nemu ini kapan acaranya dan di mana. Cek webnya... http://www.the-parade.co.cc/2010/12/yogyakarta-annual-clothing-exhibition.html

Ketika berkendara, berapa detik sih waktu untuk memperhatikan suatu objek apalagi membacanya? Nggak sampai 5 detik kan? Terus kenapa masih banyak billboard dengan isi dan tulisan yang begitu banyak? Mana sempat orang baca apalagi pas melaju dengan kendaraannya? Buat saya billboard yang efektif itu berisi sebuah visual utuh dan satu line copy yang kuat. Kalau mengiklankan acara ya hampir sama, sebuah visual utuh tapi harus ngalah dengan copy-nya. Karena copy mengemban tugas utama. Harus jelas dalam satu kalimat ini acara tentang apa (syukur-syukur dari nama acaranya aja udah ketahuan) dan kapan, di mana dan bagaimananya. Kalau emang mau banyak yang disampaikan jangan paksain. Mending yang baca suruh maen ke website acara atau paling tidak Facebook. Caranya ya cantumin alamatnya dengan jelas. Menurutku sih gitu... mungkin teman-teman ada yang mau menambahkan atau mengurangi, hehehe...

Jadi ingat perkataan Mbak Jeanny Hardono yang kurang lebihnya begini... “Kalau mau bikin print ad, belajar bikin billboard dulu”.

Sekian