11 October 2013

Rush, Film F1 yang Nggak Mengecewakan

Kapan itu aku keluar dari pintu theater dan nggak sengaja melihat ada poster film berjudul Rush. Dari visual terlihat kalau ini film tentang balapan F1. Tapi herannya disitu ada si Thor alias Chris yang setahuku cukup pelit untuk membintangi banyak film. Dalam beberapa tahun aja Cuma segelintir film dia yang sampai Indonesia. Berarti pasti ada sesuatu tentang film ini yang membuatnya tertarik.


Selang beberapa hari, seperti biasa setengah 9an saya sampai di stasiun Cakung, beli harian Bola yang masih harga promosi 2.500, beli tiket commuter yang harga 3 ribu tapi bayar 8 ribu, naik, lalu mulai baca lembar demi lembar harian Bola. Perhatianku berhenti pada satu halaman penuh ulasan tentang film Rush. Makin penasaran lagi khan, kenapa Bola sampai mau bahas. Aku baca dengan seksama dan ternyata aku harus nonton film ini. Ternyata film ini berisi persaingan pembalap legendaris Nicky Lauda dan James Hunt yang jujur baru dengar ini namanya. Serunya lagi, bujetnya minimalis, termasuk Indie, dan disutradari oleh sosok sekelas Ron Howard! Udah gitu banyak fakta-fakta unik selama produksi seperti “pembangunan” replica mobil F1 era 70an, pihak FIA yang cuek-cuek aja padahal ada sejarah F1 di dalam film ini, perpaduan cuplikan-cuplikan video balapan dan berita dengan produksi sekarang, hingga pebangunan set sirkuit yang dibuat semirip mungkin. Dan… ketika saya buka beberapa web film dan lihat Rush mendapatkan rating sekitar 8, aku memutuskan menonton film ini.

Dibuka dengan VO Lauda yang menceritakan prolog, khas film-film “sejarah”, film dimulai dengan awal bertemunya Lauda dan James Hunt yang berjalan dengan tidak bersahabat. Kemudian film berjalan menceritakan kedua pembalap ini dengan porsi yang berimbang. Uniknya, Lauda sosok yang serius, “pintar”, dan perfeksionis berbading terbalik dengan James yang pembalap berbakat tapi bergaya hidup urakan dan bebas. Ron cukup berhasil menjaga tempo dan aku lumayan menikmati film ini walau ada potensi akan bosan. Apalagi harga memang tidak bisa bohong. Adegan balap yang bisa mengangkat serunya film kurang maksimal. Bahkan mobil terlihat tidak berlari kencang apalagi disbanding film-film balap lainnya. Tapi untuk ukuran film balap dengan aneka set sirkuit dengan bujet hanya sekitar 30 juta dollar, Rush sudah cukup tampil maksimal. Apalagi penampilan para actor-actress sangat maksimal di film ini khususnya Daniel Bruhl. Siapa sangka Nicky Lauda yang seorang Austria bisa diperankan dengan luar biasa oleh seorang actor dari Spanyol? Minimal nominasi Oscar harusnya bisa kalau menurutku. Chris sudah cukup maksimal walau kita pastinya masih terngiang seorang Thor di sini. Mungkin kalau pun ada yang kurang adalah tensi adegan puncak kalah sama scene ketika Lauda kecelakaan. Bahkan sesaat aku berpikir itu adalah puncaknya, hehehe… Tapi ternyata scene-scene berikutnya kita disuguhkan acting cemerlang dari Daniel Bruhl, mantap.

Overall ini film yang cukup menarik walau untuk yang kadang masih sayang duit kalau nonton di bioskop mending beli DVD-nya. Kerennya yang aku rasakan setelah nonton Rush, aku jadi lebih menghargai lagi sosok pembalap professional. Di mana khususnya jaman dulu, kemungkinan mati di lintasan sangatlah besar. Kita jadi tahu di salah satu lembar sejarah panjang F1 ada satu persaingan seru antara 2 pembalap hebat dengan masing-masing karakternya. Kita mungkin lebih mengenal Lauda, tapi James Hunt adalah competitor favorit dan dihormati oleh Lauda. Selamat untuk kerennya “film indie” ini dan penampilan para pemain yang cukup luar biasa. 3.7 dari 5 bintang dari saya.


No comments: