11 October 2013

Gravity yang Menarik Hati

Hollywood cukup sering punya “kejutan” buat kita. Tiba-tiba muncul film yang ternyata lebih mantap daripada film-film yang udah kita tunggu jauh hari. Salah satunya Gravity, film yang bahkan tidak terpikir untuk menontonnya.


Secara garis besar Gravity bercerita kehidupan astronaut yang sepertinya bakal biasa aja, tapi ternyata tidak. Hampir 2 jam kita terus diajak untuk tegang mengikuti aksi Sandra di angkasa dan saya angkat jempol buat yang bikin cerita dan Alfonso Cuaron, sutradaranya. Ketegangan dan alur terjaga nyaris sempurna sampai tak terasa film akan berakhir.

Sandra Bullock bermain maksimal kalau dibanding film-film dia sebelumnya. Credit terbesar justru pada tim produksi. Banyak sekali detail-detail yang menurut saya baru dan berani dilakukan di film ini. Seperti ada satu scene ketika pesawat “diserbu” dan hancur-hancuran. Normalnya film-film berefek lainnya akan ada suara menggelegar, nah ini malah hening. Realitasnya memang di angkasa nggak akan ada suara ledakan dan percikan api. Mungkin ada yang berpikir jadi kurang greget malah sebaliknya, lebih dramastis. Detail-detail suara juga sangat diperhatikan dan pokoknya kita jadi bener-bener serasa di sana, mantap! Tim editing baik visual dan khususnya suara saya kasih 4 jempol. Nonton dalam format 3D bahkan IMAX nggak rugi.


Selain itu, memilih tema ini juga sebenarnya “berani” karena bagaimana mungkin bisa bikin film dengan ide sederhana untuk durasi film sekitar 2 jam. Perjudian yang menurutku sangat.. sangat.. berhasil. Pembuktian bahwa untuk membuat sesuatu yang besar, dimulai dengan hal yang sederhana. Oya, awalnya nggak ngeh lalu Nyonya besar nyeletuk ketika scene akhirnya Bullock berhasil masuk ke pesawat dan sejenak melayang, “kayak bayi di kandungan…”. Hehe… yoi, Bullock meringkuk dan melayang dan hanya terdiam seperti pose bayi dalam kandungan. Ternyata Alfonso Cuaron mencoba memasukkan filosofi ke dalam Gravity. Bahkan Bullock di sepanjang film mengalami pergolakan batin hingga akhirnya bangkit dan… yaah ntar spoiler, hahaha… Cuma di ending ada scene dimana seperti bayi yang terlahir kembali dan belajar berjalan menghadapi hidup yang baru. Nice…


Cerita oke dan enak diikuti, efek cukup wow, sinematografinya ciamik, acting bagus, eksekusi dan detail yang luar biasa… jadi kurang apalagi? 4 bintang dari 5 saya berikan.     


Rush, Film F1 yang Nggak Mengecewakan

Kapan itu aku keluar dari pintu theater dan nggak sengaja melihat ada poster film berjudul Rush. Dari visual terlihat kalau ini film tentang balapan F1. Tapi herannya disitu ada si Thor alias Chris yang setahuku cukup pelit untuk membintangi banyak film. Dalam beberapa tahun aja Cuma segelintir film dia yang sampai Indonesia. Berarti pasti ada sesuatu tentang film ini yang membuatnya tertarik.


Selang beberapa hari, seperti biasa setengah 9an saya sampai di stasiun Cakung, beli harian Bola yang masih harga promosi 2.500, beli tiket commuter yang harga 3 ribu tapi bayar 8 ribu, naik, lalu mulai baca lembar demi lembar harian Bola. Perhatianku berhenti pada satu halaman penuh ulasan tentang film Rush. Makin penasaran lagi khan, kenapa Bola sampai mau bahas. Aku baca dengan seksama dan ternyata aku harus nonton film ini. Ternyata film ini berisi persaingan pembalap legendaris Nicky Lauda dan James Hunt yang jujur baru dengar ini namanya. Serunya lagi, bujetnya minimalis, termasuk Indie, dan disutradari oleh sosok sekelas Ron Howard! Udah gitu banyak fakta-fakta unik selama produksi seperti “pembangunan” replica mobil F1 era 70an, pihak FIA yang cuek-cuek aja padahal ada sejarah F1 di dalam film ini, perpaduan cuplikan-cuplikan video balapan dan berita dengan produksi sekarang, hingga pebangunan set sirkuit yang dibuat semirip mungkin. Dan… ketika saya buka beberapa web film dan lihat Rush mendapatkan rating sekitar 8, aku memutuskan menonton film ini.

Dibuka dengan VO Lauda yang menceritakan prolog, khas film-film “sejarah”, film dimulai dengan awal bertemunya Lauda dan James Hunt yang berjalan dengan tidak bersahabat. Kemudian film berjalan menceritakan kedua pembalap ini dengan porsi yang berimbang. Uniknya, Lauda sosok yang serius, “pintar”, dan perfeksionis berbading terbalik dengan James yang pembalap berbakat tapi bergaya hidup urakan dan bebas. Ron cukup berhasil menjaga tempo dan aku lumayan menikmati film ini walau ada potensi akan bosan. Apalagi harga memang tidak bisa bohong. Adegan balap yang bisa mengangkat serunya film kurang maksimal. Bahkan mobil terlihat tidak berlari kencang apalagi disbanding film-film balap lainnya. Tapi untuk ukuran film balap dengan aneka set sirkuit dengan bujet hanya sekitar 30 juta dollar, Rush sudah cukup tampil maksimal. Apalagi penampilan para actor-actress sangat maksimal di film ini khususnya Daniel Bruhl. Siapa sangka Nicky Lauda yang seorang Austria bisa diperankan dengan luar biasa oleh seorang actor dari Spanyol? Minimal nominasi Oscar harusnya bisa kalau menurutku. Chris sudah cukup maksimal walau kita pastinya masih terngiang seorang Thor di sini. Mungkin kalau pun ada yang kurang adalah tensi adegan puncak kalah sama scene ketika Lauda kecelakaan. Bahkan sesaat aku berpikir itu adalah puncaknya, hehehe… Tapi ternyata scene-scene berikutnya kita disuguhkan acting cemerlang dari Daniel Bruhl, mantap.

Overall ini film yang cukup menarik walau untuk yang kadang masih sayang duit kalau nonton di bioskop mending beli DVD-nya. Kerennya yang aku rasakan setelah nonton Rush, aku jadi lebih menghargai lagi sosok pembalap professional. Di mana khususnya jaman dulu, kemungkinan mati di lintasan sangatlah besar. Kita jadi tahu di salah satu lembar sejarah panjang F1 ada satu persaingan seru antara 2 pembalap hebat dengan masing-masing karakternya. Kita mungkin lebih mengenal Lauda, tapi James Hunt adalah competitor favorit dan dihormati oleh Lauda. Selamat untuk kerennya “film indie” ini dan penampilan para pemain yang cukup luar biasa. 3.7 dari 5 bintang dari saya.


Man of Steel!

Kritikus terpecah, ada yang bilang karakter dan cerita kurang digali lagi, ada yang bilang ini Superman terbaik yang pernah dibuat. Inilah susahnya bikin film superhero legendaris. Mau berat di cerita dan pendalaman karakter, gak akan disukai para fan boy seperti kasus Superman Returns. Sebaliknya, kalau banyak aksi, banyak juga kritikus yang tidak suka. Dan Snyder dan Nolan untungnya lebih mendengar apa kata fanboy. 

Ekspetasiku tinggi, karena ada nama2 besar dibalik film ini. Dan kurang lebih semua terbayar tuntas.


Memang dari cerita kurang 'berat', tp untung dialognya gak sembarangan. Sangat dalam.. Lebih untungnya lagi, semua kekurangan terampuni dengan galeri aksi seru dan efek 'mewah'! Luar biasa kalo aku bilang khususnya scene duel. Aku bilang, crafting duelnya baru ini aku lihat yang kayak gini. Kalo ada yang bilang duelnya cepet bikin pusing, guys... Ini yg duel manusia2 super.. jd gerakannya ya cepet.. dan aku bilang gak segitunya bikin pusing kok. Satu lagi... score-nya Hans Zimmer keren abis! 

Mungkin ini salah satu Superman terbaik. Buat yg ngarep cerita lebih dalam,ruang lebih banyak di sekuel nanti. Harap maklum, untuk durasi satu film, terlalu banyak yg disampain untuk sebuah awalan. Dan ini udah maksimal yg bisa dibuat dan hasilnya juga luar biasa. Pokoknya Man of Steel wajib tonton! Aku beri 4 dr 5 bintang.