06 May 2009

Formula Film Hollywood

Aku nggak tahu ini sudah ada teorinya belum tapi aku menemukan kesamaan dalam film-film Hollywood yang berniat sukses atau sudah sukses. Kita ambil sebuah film dengan durasi 90 menit.
  • Di 20 menit pertama atau lebih dikit, penonton diajak berkenalan dengan tokoh utama dengan aksi yang heboh dan bikin kita "misuh-misuh". Ini lumrah ada di film-film berbujet besar. Tujuannya tentu untuk menarik atau membuat penonton bengong dan yakin kalau mereka nggak salah tonton. Seri film yang terkenal selau ada "opening act" dahsyat adalah James Bond.
  • Di 20 menit berikutnya, kita digiring untuk mengenal tokoh utama dan cerita filmnya. Mulai dari latar belakang, pengenalan para tokoh dan hal-hal lain untuk membangun fondasi cerita film. Bisa dibilang ini cukup penting karena bila di awal sudah berantakan dengan alur yang "nggak enak" maka dahi penonton makin lama makin berkerut.
  • Tiap film pasti memiliki klimaks dan sekitar 10 menit sebelumnya, alur semakin dinamis menggiring kita menuju klimaks. Di film action biasanya tokoh utama dan "bolo-nya" mempersiapkan diri lalu berangkat ke lokasi bertemu musuh besarnya. Disini si pembuat film bisa menyelipkan jawaban-jawaban atas misteri yang telah dibangun di awal film. Disini biasanya mulai terkuak semua.
  • 30 menit kemudian adalah klimaks. Fakta dan jawaban yang ditemukan si hero di kroscek-kan ke musuh sebagai klimaks cerita. Penonton mengharapkan sesuatu yang besar, yang memuaskan dan merasa tidak rugi mengeluarkan uang untuk menonton. Tugas si pembuat tentu menjaga harapan penonton sejak dari awal film hingga akhirnya klimaks. Untuk action tentu penonton mengharapkan kehancuran total, aksi maksimal dan efek menawan. Untuk drama penonton mengharapkan bagaimana nasib tokoh utama akhirnya.
  • 10 menit terakhir saatnya pendinginan. Musuh terkalahkan atau malah si hero juga ikutan mati. Kita disuguhkan bagaimana cerita ini berakhir atau ada teaser untuk jilid selanjutnya. Lebih nikmat lagi bila ada bagaimana kehidupan setelah klimaks tadi. Salah satu ending yang benar-benar mengecawakan adalah Asmara 2 Dunia, baah!!!
Beberapa point di atas adalah "umumnya" karena satu dekade ini telah banyak sineas yang mendobrak pakem tersebut. Sejak munculnya Pulp Fiction yang menghadirkan gaya bercerita yang nggak urut, si pembuat bisa menaruh klimaks di mana saja tanpa mengurangi kenikmatan dalam menonton. Puncaknya adalah gaya penuturan The Dark Knight.

Sebuah contoh film yang benar-benar maksimal dari segala hal di era sekarang. Kolaborasi pembuatnya bisa membuat film terasa padat tapi tetap enak dinikmati. Bahkan aku mencatat ada beberapa klimaks dengan berbagai gaya sehingga tidak saling mengalahkan tingkat ketegangannya. Dan yang paling salut adalah klimaks sesungguhnya yang mungkin tidak bam bim blaar blaar! tapi berasa sampai ke pikiran, hati dan simpati kita. Sebuah suguhan masterpiece dari Chris Nolan dan kru bagiku, yang sayangnya tidak memenangkan Oscar di kategori utama.

No comments: