Pagi tadi 'ternyata' aku sempat untuk membaca buku tentang copywriting yang berapa bulan teronggok di kamarku (Sori Mas Aan, belum balikin,hehehe..). Salah satu kalimat yang menarik yang kalau nggak salah artinya... "Kita membuat iklan yang sebagus mungkin dengan bujet client sekecil mungkin". Sontak aku teringat perkataan seorang Dewa Iklan di Indonesia, Glenn Marsalim di sebuah seminar ketika seorang (calon) client meminta tolong dibuatkan iklan. Pertama kali beliau tidak langsung menyarankan untuk membuat TVC, Print Ad, event dan lain sebagainya tapi beliau bertanya... "Bujetmu berapa?". Rumus logika ku lalu bermain, "Iya..ya... fungsiku (biro iklan) adalah memberi solusi untuk client bukan jadi orang yang sok tahu dan sok 'keren". Yup, fungsi biro iklan adalah sebagai partner atau konsultan yang memberikan solusi terbaik dan ingat... client yang membayar kita, hargai dia jangan membodohi dia! Logika lainnya begini... "Eh, bujet gue cuma segini tapi pengen produk gue laku... elo punya solusi nggak?". Saat itulah fungsi biro iklan muncul. Kita memberi solusi yang sesuai dengan kemapuan client. Menurutku, jangan mengatas namakan "menurut teori harus begini" lalu kita dengan sok tahunya nyuruh client untuk bikin TVC yang beratus-ratus juta atau bikin event yang massive. Kemudian ketika si client bilang nggak punya uang, kita menolak dia. Hmm... memang untuk membuat iklan kita perlu strategy yang terkadang memunculkan output media kelas atas (ATL), tapi kembali lagi... kita adalah pemberi solusi tapi menyesuaikan bujet si client. Lagipula, bukankah itu jauh lebih menantang daripada ada client datang lalu nyodorin duit 100 M buat bikin brand activation?hehehe...
Komunikasi dengan client juga harus dijaga. Kita harus tahu dari awal bujet yang dipunya client itu berapa. Contoh kasus adalah kantorku sendir,hehehe... Brief datang, kita carilah strategy dan idenya. Ketika presentasi, ternyata bujet client tidak mencukupi. Yup, itulah kenapa komunikasi penting dan saya setuju dengan Mas Glenn ketika bertemu calon client... "Bujetmu berapa?"
"Emang bisa, duit minim bikin iklan yang bisa bikin creator jaim?", jawabnya... BISA!!! dan contohnya buanyak sekali. Di luar negeri mayoritas audiens sudah menganggap iklan (ATL) itu sampah. Mereka mengabaikannya... Solusinya? AMBIENT! Sedikit info, di luar negeri ambient sudah begitu majunya bahkan mungkin semakin murah. Mau contoh? lihat foto di posting ini, brandnya Mini Cooper dan apa yang dibutuhkan? cuma stiker!!! Wow... Pointku adalah, banyak jalan untuk beriklan. Jangan memaksakan ego, buatlah menyesuaikan bujet yang dipunya client karena itu sejatinya biro iklan... memberi solusi.
Cheers without beers
12 September 2007
11 September 2007
Apa Itu Award?
Genap setahun aku kerja di industri iklan ini tapi belum genap ilmu tentang iklan untuk aku pelajari. Aku ingin terus belajar karena merasa sudah menemukan "lahan" untuk digarap. Kenapa merasa? karena sudah 2 kali aku merasakan mengangkat award dan itu menurutku sebagai tanda bahwa ini jalanku. Kenapa tanda? karena aku punya beberapa bakat dan yang terhitung sukses ya... ketika aku terjun di insutri iklan.
Industri iklan adalah industri yang underground, tidak semua orang tahu dan paham. Audience umumnya tidak paham bagaimana industri itu berkecamuk karena mereka tahunya hanya... mak bendudugh, iklan-pun bersliweran di TV atau media yang lain. Yup, kita adalah orang yang bekerja dibelakang 'layar'. Audiens tidak berpikir bagaimana strategy nya dan proses pembuatannya. Mereka hanya melihat dan mempertimbangkan 'aku tertarik nggak?' lalu 'ini iklan buat aku atau tidak?' dan dilanjut 'beli nggak ya?' (respon si audiens gimana/pupose yang buat iklan itu apa). Lalu... hahahaha... kalau diteruskan bakal panjang, hehehe... lain kali saja ya, di topik yang berbeda.
Setiap bidang yang melibatkan beberapa pemain pasti akan ada lomba untuk mengadu mereka begitu juga di industri iklan. Aku tidak akan membicarakan kontes (pengganti festival yang ke-Barat-Baratan) iklan di luar negeri yang bejibun tapi cukup di Indonesia. Di Indonesia sendiri ada beberapa kontes iklan seperti Citra Pariwara (yang tertinggi) dan Pinasthika (untuk biro lokal). Yang dilombakan ya karya-karya iklan yang dibuat. Karena sifatnya yang kompetisi maka munculah istilah scam ad atau initiative ad atau kalau di logikan yaitu iklan yang dibuat khusus untuk lomba dan tidak dipublikasikan secara masal. Seorang CD kondang di Thailand pernah berujar, "Membuat scam ad itu seperti menendang bola ke gawang yang tidak ada kipernya. Tidak ada tantangannya!". Setelah membaca itu aku semakin yakin bahwa iklan yang bagus itu harus kreatif (pengertian yang luas) tapi tetap menjual (tujuan beriklan tercapai). Sayangnya budaya scam ad di kontes iklan Indonesia masih terasa kuat dan entah kapan akan musnah. Lalu... hahahaha... sekali lagi tidak diteruskan karena akan panjang, mungkin lain kali ya.
Award? yup di tiap kontes iklan kita berlomba untuk memenangkan award. Esensi award sendiri menurutku tak lebih dari bonus. Aku sangat menghindari untuk menghambakan sebuah award. Kalau pun menang, ya segera lupakan. Jangan terlalu larut dengan euforia yang bisa kebablasan. Kata Pak Ustadz bisa bikin sombong, hahahaha... Aku sih merasa itu sebagai penyemangat juga, motivasi bahwa ini memang jalanku, di industri iklan ini. Tujuanku di industri ini tidak hanya bekerja demi sesuap nasi, tapi untuk terus belajar dan menjadi manusia iklan seutuhnya (puih bahasanya...).
"Commercial is a funny thing"
Hahaha, judulnya award tapi bahasnya cuma se-paragraph. Sisanya? hahahaha...
Cheers without beers
Industri iklan adalah industri yang underground, tidak semua orang tahu dan paham. Audience umumnya tidak paham bagaimana industri itu berkecamuk karena mereka tahunya hanya... mak bendudugh, iklan-pun bersliweran di TV atau media yang lain. Yup, kita adalah orang yang bekerja dibelakang 'layar'. Audiens tidak berpikir bagaimana strategy nya dan proses pembuatannya. Mereka hanya melihat dan mempertimbangkan 'aku tertarik nggak?' lalu 'ini iklan buat aku atau tidak?' dan dilanjut 'beli nggak ya?' (respon si audiens gimana/pupose yang buat iklan itu apa). Lalu... hahahaha... kalau diteruskan bakal panjang, hehehe... lain kali saja ya, di topik yang berbeda.
Setiap bidang yang melibatkan beberapa pemain pasti akan ada lomba untuk mengadu mereka begitu juga di industri iklan. Aku tidak akan membicarakan kontes (pengganti festival yang ke-Barat-Baratan) iklan di luar negeri yang bejibun tapi cukup di Indonesia. Di Indonesia sendiri ada beberapa kontes iklan seperti Citra Pariwara (yang tertinggi) dan Pinasthika (untuk biro lokal). Yang dilombakan ya karya-karya iklan yang dibuat. Karena sifatnya yang kompetisi maka munculah istilah scam ad atau initiative ad atau kalau di logikan yaitu iklan yang dibuat khusus untuk lomba dan tidak dipublikasikan secara masal. Seorang CD kondang di Thailand pernah berujar, "Membuat scam ad itu seperti menendang bola ke gawang yang tidak ada kipernya. Tidak ada tantangannya!". Setelah membaca itu aku semakin yakin bahwa iklan yang bagus itu harus kreatif (pengertian yang luas) tapi tetap menjual (tujuan beriklan tercapai). Sayangnya budaya scam ad di kontes iklan Indonesia masih terasa kuat dan entah kapan akan musnah. Lalu... hahahaha... sekali lagi tidak diteruskan karena akan panjang, mungkin lain kali ya.
Award? yup di tiap kontes iklan kita berlomba untuk memenangkan award. Esensi award sendiri menurutku tak lebih dari bonus. Aku sangat menghindari untuk menghambakan sebuah award. Kalau pun menang, ya segera lupakan. Jangan terlalu larut dengan euforia yang bisa kebablasan. Kata Pak Ustadz bisa bikin sombong, hahahaha... Aku sih merasa itu sebagai penyemangat juga, motivasi bahwa ini memang jalanku, di industri iklan ini. Tujuanku di industri ini tidak hanya bekerja demi sesuap nasi, tapi untuk terus belajar dan menjadi manusia iklan seutuhnya (puih bahasanya...).
"Commercial is a funny thing"
Hahaha, judulnya award tapi bahasnya cuma se-paragraph. Sisanya? hahahaha...
Cheers without beers
Subscribe to:
Posts (Atom)